Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) yang ke-13 dan meningkatkan peran KOBI dalam menjaga, memelihara biodiversitas, serta kontribusi keilmuan dalam mengatasi persoalan bangsa, KOBI menggelar webinar secara daring dengan judul "Konservasi Satwa Liar." Kegiatan ini berlangsung pada hari Senin, 23 Januari 2024 yang akan membahas mengenai isu-isu penting seputar konservasi dan perlindungan satwa liar.
Webinar kali ini dihadiri lebih dari 300 peserta yang berasal dari berbagai instansi, universitas, dan latar belakang, termasuk ahli konservasi, ekolog, aktivis satwa liar, dan mahasiswa. Kegiatan ini dimulai dengan sambutan dari Dr. rer. nat. Andhika Puspito Nugroho, S.Si., M.Si., selaku sekretaris KOBI. Dr. Nugroho menekankan pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kesadaran tentang biodiversitas dan perlunya upaya konservasi yang mendesak di Indonesia.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan narasumber dan diskusi yang dipimpin oleh Dr. Annawaty, M.Si. Narasumber yang hadir pada kegiatan kali ini merupakan ahli dalam bidang konservasi dan perlindungan terhadap satwa liar. Pembicara pertama, yaitu Prof. Dr. Ir. E.K.S. Harini Muntasib, M.S., merupakan Kepala Divisi Rekreasi Alam dan Ekowisata di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Pada pemaparannya, Prof. Muntasib membahas pentingnya konservasi dan perlindungan satwa liar, menekankan peran ekosistem dalam menjaga biodiversitas dan perlunya praktik berkelanjutan.
“Upaya mewujudkan kelestarian sumber daya alam serta keseimbangan ekosistem dalam hal ini adalah tujuan dari konservasi SDA, maka perlu tiga kegiatan utama, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis SDA beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari baik SDA dan ekosistemnya,” jelas Prof. Muntasib.
Pembicara kedua adalah Dr. Dwi Sendi Priyono, S.Si., M.Si., merupakan kepala laboratorium sistematika hewan di Departemen Biologi Tropika, Universitas Gadjah Mada. Dr. Priyono memaparkan mengenai upaya melawan kejahatan terhadap satwa liar dengan penggunaan teknik DNA forensik, menyoroti bagaimana kemajuan ilmiah dapat membantu dalam konservasi hewan yang terancam punah dan perlindungan habitat mereka.
“Penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia, kejahatan dan perdagangan satwa liar dapat mempengaruhi perubahan iklim. Dengan adanya forensik satwa liar menggunakan pendekatan morfologi dan molekuler dapat mengidentifikasi hewan yang terancam punah dan dilindungi sehingga ini menjadi upaya dalam melawan kejahatan terhadap satwa liar,” jelas Dr. Priyono.
Dengan adanya kegiatan ini, dapat meningkatkan kesadaran tentang kondisi kritis satwa liar dan ekosistem di Indonesia, di mana banyak spesies terancam oleh kehilangan habitat, perburuan liar, dan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan teknologi DNA forensik, para penggiat konservasi, ekolog, serta aktivis satwa liar dapat lebih memahami populasi hewan, melacak perdagangan satwa liar ilegal, dan menerapkan strategi konservasi yang efektif.
Pada webinar kali ini dalam pembahasan mengenai konservasi satwa liar dapat menjadikan langkah yang signifikan menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang terkait dengan keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan hewan. Dengan melibatkan mahasiswa, para ahli, dan aktivis, KOBI dapat menginspirasi tindakan kolektif dan membangun budaya konservasi di Indonesia.